Setelah makan siang
pada acara hari kedua di kantor IDB, rombongan dibagi menjad tiga. Pak Intan,
Pak Edy, Pak Zaenal dan Pak Suherman akan segera ke Makah untuk umrah, teman-teman
PMU dan PIU dipimpin Pak Sutrisno Wibowo akan rapat dengan Legal Department,
sedangkan yang lain ke hotel. Saya
termasuk rombongan yang ikut ke hotel.
Teman-teman yang akan ke Makah juga ke hotel dulu untuk siap-siap
mengenakan ihram.
Sampai di hotel, Pak
Ustad yang akan memandu ke Makah sudah siap di loby, sehingga kami segera saya
ke kamar masing-masing. Naik lift
bersama-sama, Pak Intan, Pak Rahmat Wahab dan Bu Rahmat keluar di lantai 3,
sedangkan saya, Pak Samsyu Qomar dari UNG, Pak Suherman dari PMU dan Pak
Sangkertadi dari Unsrat terus ke lantai 4 dan 5. Saya dan Pak Samsyu dapat kamar di lantai 5,
sedangkan Pak Suherman dan Pak Sangkertadi dapat kamar di lantai 4.
Entah karena apa, lift
tiba-tiba berhenti. Ketika semua
teman-teman yang dapat kamar di lantai 3 keluar, tombol menutup pintu saya
tekan. Pintu lift bagian luar menutup, tetapi anehnta
pintu bagian dalam tidak dapat menutup penuh.
Sepertinya ada yang nyatol, karena pintu hanya menutup separuh. Kami coba beberapa kali menekan tombol buka,
pintu dalam membuka sedangkan pintu luar tetap tidak terbuka. Ketika kami tekan tombol tutup pintu dalam
tidak dapat menutup sempurna.
Untunglah di dalam
lift ada tilpun untuk emergensi. Saya
angkat tilpun dan menjelaskan bahwa “we are trapped inside lift # 2 from left
side”. Pak Sangkertadi juga menilpun
temannya yang kebetulan masih di loby.
Untungnya kami berempat sudah terbiasa naik lift dan mungkin sudah “tua”
sehingga sama sekali tidak gugup. Saya
sendiri segera mengecek apakah ada lubang udara untuk memastikan ada oksigin
jika ternyata lift cukup lama tidak dapat terbuka. Ternyata ada hembusan udara di pinggir
langit-langit, sehingga saya lebih yakin oksigin di dalam lift aman. Oleh karena itu, saya berkomentar: “Aman,
dalam lift ini ada cukup oksigin yang berhembus dari langit-langit”.
Karena tidak gugup,
kami sempat melihat-lihat posisi lift dari pintu lift bagian dalam yang tidak
tertutup rapat. Dari situ kelihatan
kalau posisi lift masih di lantai 3 dan tepat diposisi awal berhenti. Itu kelihatan dari celah-celah yang
menunjukkan lantai lift sejajar dengan balok lantai. Juga kelihatan sedikit celah sinar yang saya
duga dari lantai 3.
Mungkin sekitar 5
menit, Pak Sangkertadi menilpun lagi ke temannya, namun tidak ada respons. Saya katakan tadi sudah ada respons dari
pihak hotel, sehingga diharapkan tenaga teknik akan segera menyelesaikan. Dan betul, beberapa menit kemudian terdengar
di luar ada suara-suara yang kita duga teknisi hotel yang akan memperbaiki.
Tidak terlalu lama, pintu luar lift dibuka dari luar, sehingga alhamdulillah
kami dapat keluar. Keluar dari lift
nomor 2, kami masuk lift nomor 5 untuk naik ke lantai 5. Mungkin takut macet lagi, ada petugas hotel
yang menemani kami naik ke lantai 5.
Ketika sore hari kami
ngobrol di lobi, ternyata tidak saya kami yang terjebak dalam lift. Pak Rahmat Wahab dan Bu Rahmat juga terjebak
pada lift yang sama dan juga dengan kasus yang sama, yaitu pintu bagian luar
tidak mau membuka. Bu Rahmat yang
bercerita seperti trauma ketakutan. Wajar saja, seoran ibu yang mungkin belum
faham seluk beluk lift, sehingga ketakutan.
Teknologi lift
sebenarnya aman. Misalnya jika listrik
mati, sistem kontrol di lift akan mengatur akan lift turun di lantai terdekat
dan kemudian pintunya membuka. Dalam
lift juga disediakan tombol emergensi untuk ditekan jika ada masalah. Atau pada
lift yang modern, seperti di hotel Holiday, ada tilpun yang langsung terhubung
dengan petugas hotel. Namun bagaimanapun
orang yang belum terbiasa tentu gugup saat tahu-tahu lift yang ditumpangi macet
dan pintunya tertutup. Kegugupan seperti
itu yang biasanya membuat yang besangkutan trauma. Semoga saja lift segera diperbaiki agar tidak
macet lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar