Tulisan ini bukan
dimaksudkan untuk membenarkan atau menyalahkan sholat seseorang, karena saya
merasa tidak punya otoritas untuk itu.
Tulisan ini semata-mata ingin menceritakan ternyata gerakan sholat para
jamaah di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram itu sangat beragam. Tentu bukan gerakan utama, tetapi gerakan
yang mungkin kecil dan mungkin itu yang digolongkan khilafiyah.
Ketika di Masjid
Nabawi saya pernah sholat besebelahan dengan pemuda yang menurut saya sangat
tampan. Usianya mungkin belum genap 30
tahun, mengenakan gamis putih bersih, berbau parfum mahal, membasa HP Samsung
bagus dan dua buku kecil. Kami menunggu
sholat Ashar dan saya melihat pemuda itu sholat sunah beberapa kali. Ketika sholat tangannya tidak bersedekap, jadi
mirip dengan yang saya lihat kebanyakan orang sholat di Iran. Tetapi dari wajah dan pakaiannya saya menduga
pemuda itu dari Arab dan bukan Iran. Di
tengah-tengah sholat dia beberapa kali mengangkat tangan untuk berdo’a. Tentu
saya tidak tahu do’a yang diucapkan.
Bagi yang bersedekap,
ternyata posisi tangan mereka juga beragam.
Ada yang sedekapnya di tengah-tengah, tetapi juga ada yang sangat
tinggi, sehingga posisi lengan tangan tidak datar. Ada juga posisi telapak tangannya yang di
tengah-tengah, tetapi juga ada yang agak ke kanan, sepertinya dipaskan dengan
posisi hati. Namun juga ada yang agak di
atas, sehingga mungkin di atas posisi hati.
Ada juga yang posisi sedekapnya agak ke bawah, sehingga terkesan
mengantung dan santai.
Posisi kaki saat duduk
tahiyat akhir ternyata juga sangat beragam.
Pengamatan saya, ada yang sepertinya lazimnya jamaah di masjid Tenggilis-kampung
saya, yaitu ujung telapak kaki kiri diletakkan di bawah kaki kanan, sementara telapak kaki kanan seakan
jinjit. Ada pula yang telapak kaki kiri
diduduki dan posisi ujung kali kanan datar ke kanan. Ada yang posisi kedua telapak kakinya, kiri
dan kanan seperti posisi kaki kanan jamaah di masjid Tenggilis. Bahkan ada posisi duduknya seperti orang
“jigang”.
Ketika sholat dalam
posisi berdiri, ada yang sedekap dengan tenang dan ada yang berkali-kali
mengelus jenggot, membetulkan gamis bahkan seperti mencari sesuatu di saku.
Yang tidak bersedekap juga ada yang tenang, tetapi ada yang sambil
mengayun-ayunkan kedua tangannya dan juga ada yang sambil membetulkan gamis
atau bahkan ada yang mungkin celana kurang enak sehingga harus dibetulkan
posisinya.
Ketika sholat subuh di
Masjidil Haram saya bersebelahan dengan seseorang tinggi besar, berkulit hitam,
mengenakan gamis dan tampaknya sangat ramah.
Mungkin tingginya sekitar 2 meter.
Ketika saya datang, beliau sudah disitu dan duduk di atas sajadah. Nah
waktu sholat, seperti beliau kesulitan untuk sujud atau entah bagaimana. Yang jelas waktu saya sujud, beliau justru
melangkah ke depan kira-kira posisi kakinya di tengah-tengah sajadah, terus
duduk dan sujudnya seperti kita waktu sholat sambil duduk. Ada juga jamaah yang sholat membawa kursi,
waktu posisi berdiri yang berdiri tetapi waktu posisi rukuk dan sujud dia
sambil duduk di kursinya.
Posisi telunjuk tangan
kanan saat tahiyat akhir juga beragam.
Saya melihat semuanya memposisikan jari telunjuk seperti menunjuk. Hanya saja, ada yang mulai awal duduk tahiyat
akhir jari telunjuk sudah dibuat seakan menunjuk sesuatu sampai selesai. Ada yang hanya menunjuk sebentar terus diturunkan
seperti jari lainnya. Ada yang saat
menunjuk jari telunjuk itu digerak-gerakan dan ada yang tidak. Ada yang saat menunjuk posisi jari telunjuk
lurus, tetapi juga ada yang setengah menunduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar