Tahun 2013 saya umrah
bersama isteri, tetapi entah mengapa waktu itu tidak begitu intens mengamati
pembangunan Masjidil Haram. Mungkin waktu itu pembangunan masih konsentrasi di
luar bangunan masjid, sehingga tidak terlalu terasa saat kita ibadah dalam
masjid. Yang saya ingat waktu itu saya
sempat menghitung jumlah tower crane (TC) sebanyak 37 buah, sehingga
menyimpulkan betapa raksasanya proyek ini.
Apalagi kalau kita melihat gambar masjid setelah jadi nanti. Sungguh
sebuah proyek kelas dunia.
Pada saat umrah tahun
ini pembangunan sudah menyentuh bagian dalam masjid, sehingga jika kita masuk
dari pintu 93 dan ingin menuju pelataran ka’bah, kita harus melewati bagian
yang sedang dibangun. Sepertinya pintu
93 itu batas bagian yang belum dibangun, sedangkan sebelah kanan kita saat
masuk dipasang pagar pembatas dengan tulisan “sorry working area”, artinya di
balik pagar itu masjid sedang dibangun.
Karena sendirian dan
lebih sering di masjid, saya sempat mengamati dan merenungkan betapa hebatnya
“manajemen konstruksi (MK)” pembangunan masjid ini. Saya sempat melontarkan ide, kalau saja ada
orang yang mengambil S2 atau S3 Teknik Sipil, rasanya manajemen konstruksi
pembangunan Masjidil Haram layak untuk menjadi kajian tesis/disertasi. Mas Prapto yang kebetulan orang Teknik Sipil
juga menyetujuinya.
Mengapa? Pembangunan
berjalan 24 jam, tetapi kegitan ibadah di masjid jalan terus. Tidak ada lampu satupun yang mati. Sound system tetap prima dan orang ibadah
tetap nyaman. Keculai suara dang-dong,
serta desingan suara gerinda atau gergaji yang memotong besi. Itupun beberapa menit sebelum adzan semuanya
berhenti. Jadi waktu sholat, tidak ada
suara apapun yang menggangu kekhusyukan ibadah.
Dari jauh saya amati
bagian bawah yang dibangun, tetapi bagian atasnya tetap berfungsi. Jadi kalau masuk pintu 93 dan menengok ke
kanan, di balik pagar tampak bagian yang sedang dikerjakan. Tetapi jika diamati
dari luar, di atas bagian yang dikerjakan itu masih ada banguan yang
berfungsi. Pintu gerbang proyek juga
terpisah dengan pintu masjid yang digunakan, sehingga jamaah tidak terlalu
terganggu oleh keluar masuknya bahan bangunan dan sebagainya.
Menurut Mas Prapto
pengerjaan proyek tersebut dilakukan oleh banyak kontraktor yang salah satunya
PT Wijaya Karya (WIKA). Bahkan konon ada
seorang insinyur dari Surabaya yang ikut mengerjakan proyeknya WIKA. Sukses untuk WIKA yang dipercaya ikut
mengerjakan proyek prestisius yang akan menjadi ikon dunia. Pola pengerjaan sepertinya paralel, baik
antar bagian atar kontraktor maupun antara pekerjaan sipil, mekanikal dan
elektrikal. Mungkin agar begitu bangunan
selesai dan segera berfungsi untuk ibadah.
Dengan demikian jika bagian lain mulai dikerjakan, bagian yang selesai
dapat digunakan.
Saya melihat,
sementara pekerjaan sipil masih dikerjakan, eskalator juga sudah mulai. Kabel-kabel elektrikal juga sudah disiapkan. Pada
setiap kolom yang baru selesai dicor dan dibuka begestingnya, tampak begitu
banyak kabel yang ada dalam kolom itu. Ornamen juga sudah mulai dipasang pada
bagian-bagian yang sudah selesai pekerjaan sipilnya. Tangga dari lantai dasar bagian luar dan
pelataran ka’bah sudah berlantai marmer dan digunakan, sementara pegangannya
masih dibungkus karena mungkin belum final pengerjaannya. Bagian-bagian bagunan
yang saling terhubung juga tampak dikerjakan.
Saya membayangkan
betapa sulitnya mengkoordinasikan demikian banyak kontraktor, demikian banyak
kompen pekerjaan yang saling terkait dan begitu banyak pekerja yang saya yakin
berasal dari berbagai bangsa, yang saya juga yakin hanya faham pekerjaan yang
menjadi bagiannya. Tugas MK-lah untuk
mengharmonisasikan agar tidak ada bagian satu dengan lainnya tidak saling
menunggu waktu. Tugas MK-lah untuk
memastikan agar bahan datang tepat waktu.
Terlambat akan menyebabkan pekerjaan tertunda, sedangkan jika lebih cepat
akan merepotkan karena tidak ada tempat untuk menyimpan.
Agak beruntung, karena
saya amati banyak bagian yang prefab artinya bagian itu dikerjakan di tempat
lain dan datang langsung dipasang.
Sepertinya balok-balok beton dicor diluar dan tingggal memasang dan
menyetel ketika kolom dan tempat dudukannya siap. Demikian juga ornamen masjid yang sangat
indah itu tampaknya juga dikerjakan di luar dan tinggal memasang begitu
pekerjaan Sipil dan Artsitek selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar