Walaupun sudah empat
kali mengunjungi Intitut Technik und Bildung (ITB) yang dalam bahasa Inggris
disebut Institute of Technology and Education-Bremen University, namun baru
kali ini saya mendapat penjelasan yang lebih utuh dan memahami keunikan lembaga
itu. Dr. Pekka Kamarainen dan Dr. Larisa
Freund memberikan penjelasan dengan menarik.
ITB sebenarnya
merupakan research center (pusat penelitian) yang mengkhususkan pada bidang
pendidikan TVET (Technical and Vocational Education and Training). Konon semula ITB merupakan sebuah unit di
Faculty of Metal and Production, yang banyak menangani penelitian yang terkait
dengan pendidikan dan pelatihan karyawan di industri. Unit itu berkembang dan membesar, sehingga
ketika ada reorganisasi universitas dilepas menjadi lembaga sendiri dengan nama
ITB.
Walaupun berdiri
sendiri status resminya tetap merupakan research center, tetapi melebar ke TVET
secara lengkap. Misalnya pada saat ini
ITB sedang merancang pelatihan bagi manajer proyek konstruksi. Pelatihan akan mencakup topik berikut secara
integratif, yaitu project costing, project effectiveness, logistics management
dan sebagainya. Juga punya program
pelatihan untuk bidang eletronics dan bisnis.
Tentu aktivitas riset tetap kuat.
Oleh karena itu sebagian besar tenaga fungsional di ITB adalah peneliti.
Yang paling menarik,
ITB punya program penyiapkan guru TVET sampai level master (S2). Seperti diketahui, walaupun sudah mengikuti
pola Bologna, pola pendidikan tinggi di Jerman “tidak mengakui” jenjang
sarjana/bachelor (S1), sehingga umumnya mahasiswa langsung menempuh S1 dan S2
secara menerus. Apa yang menarik? Pola yang digunakan adalah apayang disebut “inter
faculty”.
Kurikulum pendidikan
guru TVET dirancang oleh ITB, tetapi
matakuliah dapat ditempuh di berbagai fakultas yang menyediakan. Tentu di samping yang disediakan oleh ITB
sendiri. Jadi mahasiswa yang ingin
menjadi guru vokasi bidang Elektronika, mungkin saja mengambil matakuliah
Matematika dan Fisika di Fakultas Sains dan Matematika, mengambil matakuliah
tentang Elektronika di Fakultas Elektronis dan Informatika, mengambil
matakuliah Pendidikan Umum di Fakultas Pendidikan dan sebagainya.
Jadi matakuliah apa
yang dilaksanakan di ITB? Ini juga
menarik. Ternyata di ITB ada
laboratorium keteknikan, misalnya Sistem Kontrol, Sistem Produksi dan
sebagainya. Tetapi lebih diarahkan untuk
pendidikan, bagaimana mahasiswa memahami dan mencoba mengembangkan.
Beberapa profesor di
ITB berposisi dengan apa yang disebut dengan “berdiri di dua tempat sekaligus”.
Prof Michael Gessler adalah dosen di Fakultas Pendidikan dan juga di ITB, Prof George Spotl adalah dosen di Fakultas Metal
dan Teknik Produksi sekaligus juga profesor di ITB. Namun kalau peneliti, seperti Dr. Pekka
Kamarainen, partner penelitian saya, adalah peneliti penuh di ITB.
Bagaimana
pendanaannya? Saya tidak memperoleh
informasi secara penuh, karena mungkin ada hal-hal yang tidak boleh dibuka
secara umum, namun dari informasi sepotong-sepotong saya menduga kuat ITB
mengelola dananya secara mandiri. Memang
profesor “pinjaman” seperti Prof Michael Gessler digaji oleh fakultasnya,
tetapi saya menduga juga mendapat tambahan honorarium dari ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar