Sejak datang saya memutuskan akan menggunakan tram dan bus
untuk transportasi selama di Bremen.
Sejak lama tram dan bus di Bremen dikenal baik, bahkan kadang-kadang
orang menyebut Bremen adalah sekumpulan desa yang terhubung dengan tram dan bus.
Alasan lain yang juga sangat penting
yaitu murah-meriah. Setelah lebih
seminggu menggunakan, saya ingin berbagi cerita tetang angkutan masal itu. Siapa tahu dapat menjadi gambaran bagi warga
Surabaya yang konon akan segera punya tram lisrik.
Secara umum semua
lokasi di Bremen terjangkau oleh jalur tram dan atau bus. Rumah penduduk yang yang terjauh dengan jalur
tram dan atau bus, mungkin hanya memerlukan 20 menit jalan kaki untuk mencapai
jalur tram terdekat. Tram dan bus menggunakan jalur yang sama. Artinya ada bus yang jalannya menggunakan
jalur tram, walaupun ada jalur bus yang tidak dilewati tram. Jadi jumlah jalur bus lebih banyak dibanding
jalur tram.
Bus dan tram lewat
setiap 10 menit sekali dan ada jadwal yang tertulis di setiap halte
pemberhentian. Jadi penumpang dapat
mengetahui tram nomor berapa dan atau bus nomer berapa yang lewat dan jam
berapa akan berhenti di halte itu.
Dengan demikian penumpang dalam mengatur waktu agar tidak terlalu lama
menunggu dan sebaliknya tidak tertinggal tram atau bus yang diinginkan. Tram dan bus beroperasi sampai jam 22.00.
Untuk pergi ke suatu
tempat, sangat mungkin kita harus pindah tram dan atau bus. Misalnya dari apartmen di Olgastrasse ke
kampus ITB Bremen University, saya harus naik tram no 10 dari halte St
Jorgenstrasse ke arah Gropelingen, turun di HBF (stasiun sentral) dan ganti
tram no 6 jurusan Universitat, turun di halte Universitat Nord. Melalui internet, kita dapat mengetahui tram
atau bus jalur berapa yang lewat suatu tempat dan dimana harus ganti tram atau
bus untuk mencapai lokasi yang dituju.
Di situ juga tertulis perkiraan waktu yang diperlukan. Namun bagi pendatang baru, seperti saya,
stasiun sentral (HBF) merupakan lokasi terbaik untu ganti tram atau bus, karena
banyak pilihan. Apalagi ketika tram dan bus akan berhenti di HBF, ada
pengumuman dalam bahasa Inggris yang mengatakan, di stasiun sentral Anda dapat
pindah ke layanan tram atau bus atau ke kereta jarak jauh.
Ketika naik tram atau
bus, kita tidak perlu kawatir salah halte karena ada layar kecil yang
menunjukkan peta jalur tram atau bus yang dilewati dan halte yang akan sampai
dibunderi besar. Di layar juga tertulis
nama halte yang akan datang. Lebih dari itu, ketika tram atau kereta mulai
berangkat dari suatu halte akan ada informasi (suara) yang menyebut nama halte
berikutnya. Dengan begitu penumpang
dapat siap-siap untuk turun. Tidak perlu
berdiri, karena tidak banyak penumpang dalam satu gerbong, sehingga walaupun
tram dan bus hanya sebentar berhenti, kita tidak akan tertinggal. Mungkin karena setiap 10 menit ada tram atau
bus lewat, sehingga orang tida berjubel. Apalagi penumpang tertib turun dan
yang akan penumpang baru akan naik jika yang turun sudah habis.
Apakah tram dan bus
selalu tepat waktu dan tidak pernah terlambat?
Selama lebih 1 minggu menggunakan, secara umum tram dan bus datang tepat
waktu. Memang pernah terlambat agak
lama, seperti yang saya ceritakan ketika saya gagal sholat jum’at. Namun hanya sekali itu yang saya alami. Yang lain selalu tepat waktu, kalau toh
terlambat paling satu atau dua menit dan itupun jarang. Di setiap halte juga ada layar yang
menunjukkan tram atau bus nomor berapa, jurusan kemana dan kurang berapa menit akan
datang.
Yang juga sangat
menarik pada setiap tram atau bus (busnya gandeng 2-tramnya gandeng 3), gerbong
terdepan ada fasilitas untuk orang yang menggunakan kursi roda. Jika ada penumpang berkursi roda penumpang
lain akan antri di belakangnya. Ketika
itu dari lantai pintu tram atau bus keluar pelat yang menjulur terus ujungnya
turun mepet dengan lantau halte. Setelah
kursi roda naik ke atas plat, ujung pelat nekuk ke atas, seperti ingin menahan
kalau-kalau kursi roda mundur.
Di dalam tram juga ada
tempat duduk yang dikhususnya untuk orang tua atau orang sakit dengan diberi
tanda (+), mirip palang merah tetapi warnanya biru. Kenyataannya banyak orang duduk di kursi itu,
namun begitu orangtua naik, yang duduk di kursi itu segera berdiri. Selama lebih satu minggu saya belum melihat
ada orang sakit, sehingga tidak tahu bagaimana caranya.
Yang mungkin cukup
merepotkan bagi orang seperi saya, adalah banyak penumpang tram membawa
sepeda. Juga banyak orang naik tram atau
bus membawa anjing. Walaupun anjing di
Jerman sepertinya tidak pernah menggonggong dan juga tidak ada yang mulutnya
menganga sambil menjulurkan lidah, tetap saja saya risi.
Saya mencoba mengamati
sopir tram atau bus. Ternyata banyak
yang wanita. Perkiraan saya sekitar separoh sopir tram atau bus di Bremen
wanita. Mengapa begitu? Apakah pekerjaan sebagai sopir tram dan bus
dianggak tidak berat? Apakah itu bentuk emansipasi? Jujur saya tidak tahu dan juga belum pernah
bertanya kepada teman di Jerman.
Berapa ongkos naik
tram atau bus? Tram dan bus dianggap
sama, sehingga tiketnya juga sama. Kita
dapat membeli tiket sekali jalan, harganya 2, 75 euro. Kita juga dapat membeli
tiket satu hari yang dapat digunakan kemana saja selama dalam satu hari. Harganya 7,75 euro. Kita juga dapat memberli tiket mingguan
seharga 21,70 euro. Tinggal pilih mana
yang lebih efisien. Saya memilih yang
mingguan, karena setiap hari harus pulang balik dan gantu tram 2 kali.
Dengan gambaran
seperti di atas itulah yang mungkin menyebabkan banyak “orang kelas menengah”
menggunakan tram atau bus untuk bekerja.
Dr. Pekka Kamarainen - peneliti senior di ITB dan menjadi partner
penelitian saya – juga menggunakan tram.
Saya juga sering melihat orang naik tram atau bus dengan memakai jas
lengkap dengan dasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar