Istilah SMK pada judul tersebut diberi tanda petik (“) karena apa yang dinamakan Vocational Education and Training (VET) School di Jerman tidak sepenuhnya sama dengan SMK di Indonesia. Pembahasan tentang persamaan dan perbedaan keduanya tidak dilakukan dalam tulisan ini, karena memerlukan uraian yang panjang dan cukup rumit. Jujur, walaupun sudah 2 minggu di Bermen, sampai saat ini saya belum dapat membuat gambaran tentang itu secara utuh, karena terkait dengan sistem pendidikan dan budaya Jerman yang berbeda dengan Indonesia. Mudah-mudahan sebelum balik ke kampung halaman di akhir bulan ini, saya sudah menemukan jawabannya dan bisa berbagi dengan pembaca. Untuk keperluan cerita tentang guru berikut ini, sementara anggap saja VET School di Jerman sama atau paling tidak sejenis dengan SMK di Indonesia dan untuk sementara digunakan istilah VET school.
Di Jerman semua atau hampir semua sekolah dan
universitas adalah sekolah/perguruan tinggi negeri. Dengan demikian VET school,
paling tidak yang saya ketahui, semuanya sekolah negeri. Oleh karena itu guru di VET school termasuk civil
servant, seperti pegawai negeri sipil di
Indonesia. Profesi guru di Jerman cukup
bergengsi. Gajinya cukup baik, memperoleh
jaminan sosial dan kesehatan secara penuh, sehingga banyak anak muda ingin
menjadi guru.
Namun demikian perlu
diketahui, untuk menjadi guru-apalagi guru VET schools di Jerman tidaklah
mudah. Gambar di atas menunjukkan
bagaimana tahapan yang harus dilaluinya.
Untuk dapat mendaftar ke universitas yang menyiapkan calon guru VET
school (anggaplah sama dengan Fak Teknik di LPTK di Indonesia), seseorang
haruslah memiliki pengalaman kerja di DUDI.
Jika ada lulusan gymnasium (anggaplah sama dengan SMA di Indonesia) yang
ingin masuk, mereka harus mengikuti program apprenticehip (magang) di DUDI minimal
1 tahun. Itupun harus pada program apprenticeship
yang baik dan pada bidang keahlian yang sama dengan yang akan ditempuh di
universitas. Oleh karena itu, mahasiswa
pada Fak Teknik LPTK di Jerman pada umumnya mereka yang sudah memiliki
pengalaman kerja di DUDI. Bahkan ada
beberapa diantaranya meister (teknisi ahli/supervisor di workshop).
Guru di Jerman, baik
guru sekolah umum (gymnasium) maupun SMK (VET school) harus memiliki pendidikan
minimal master (S2), yang khusus untuk calon guru. Jadi lulusan S2 “murni” tidak
dapat menjadi guru. Di Jerman, program
S1 dan S2 seakan menerus, karena memang sebelum “dipaksa” mengikuti pola Bologna
process, Jerman hanya mengenal satu jenjang program di perguruan tinggi yaitu
Diploma, seperti yang banyak kita kenal bergelar Dipl. Ing. Program itu ditempuh selama 5 tahun. Mungkin mirip pendidikan di Indonesia sebelum
tahun 1978, yang bergelar Drs/Dra/Ir dan sebagainya. Waktu itu programnya juga
5 tahun dan pada beberapa perguruan tinggi dibagi menjadi dua, disebut jenjang
sarjama muda dengan waktu 3 tahun dan lulusannya begelar BA/BSc/BEng, sedangkan
selanjutnya jenjang doktoral/sarjana selama 2 tahun dan lulusannya bergelar
Drs/Dra/Ir dan sebagainya.
Apakah ada jalur lain
untuk menjadi guru VET school? Ada, walaupun tidak banyak dan itu biasanya
disebut side entry. Ada yang sudah lulus S1 atau bahkan S2 bidang
“murni” dan ingin menjadi guru VET school. Untuk itu mereka dapat langsung
menempuh jenjang master (S2) pada Fak Teknik LPTK, tetapi tetap harus menempuh
matakuliah kependidikan di jenjang
sarjana. Bagi maister (teknisi ahli)
harus mengikuti program sarjana (S1) dengan ada pengakuan pengalaman lapangan
dengan pola RPL (Recognition of Prior Learning).
Setelah lulus master
di Fak Teknik LPTK, mereka masih harus mengikuti preparatory service selama 1-2
tahun yang di Jerman disebut dengan referendariat. Pada program ini calon guru melakukan program
induksi/magang di sekolah yang diakhiri dengan ujian cukup ketat. Program referendariat sepenuhnya dikelola
oleh LIS (Landes Institut fur Schule), yang walaupun bernama institut tetapi
tidak ada hubungannya dengan universitas.
Jadi LIS lebih merupakan semacam Diklat untul calon guru dibawah
pemerintah negara bagian (state). Jika lulus dari program referendariat,
sesorang mendapatkan sertifikat sebagai lisensi untuk mengajar. Dengan sertifikat itu, si pemilik dapat mulai
mengajar di sekolah.
Nah dapat dibayangkan
tidak mudahnya menjadi guru VET school di Jerman. Harus pernah bekerja di DUDI atau paling
tidak pernah magang minimal 1 tahun.
Setelah itu menempuh program S2 yang dikhususkan untuk calon guru. Setelah itu masih harus magang di sekolah
selama 1-2 tahun. Lebih dari itu, pada
setiap jenjang, S1, S2 dan Referendariat, ada ujian yang sangat ketat. Jadi dapat difahami jika guru VET school di
Jerman berkualitas baik dan banyak dijadikan rujukan negara lain. Semoga kita juga dapat belajar dari
pengalaman Jerman itu.
2 komentar:
Mohon izin bertanya pak. Kalo ingin menjadi guru sekolah dasar di Jerman apakah prosedurnya juga sama? Terimakasih
Pak mohon ijin bertanya, kalau ingin menjadi guru dasar di Jerman apakah prosedurnya tetap sama?
Posting Komentar