Tanggal
25 September 2013 saya bersama Prof Ketut Budayasa, Prof Siti Masitoh dan Dr.
Suharsono berkunjung ke Utah State University (USU) di Logan. Tujuan utama adalah MoU dengan President USU
yang dijadwalkan pukul 11 waktu setempat.
Kami datang di Logan< lokasi USU, tanggal 24 September 2013 sekitar pukul 19.30
dan mengingap di hotel kampus.
Sebelumnya
kami sudah diberi agenda acara selama di USU yang menurut saya sangat
padat. Pukul 8.15 dijemput dari hotel,
9.00-10.30 rapat dengan Departemen Engineering
Education, 10.45-11.15 menandatangani Mou dengan President USU, 11.30-12.30
rapat dengan Global Engagement Office,
12.30-13.45 makan siang, 14.00-15.00 rapat dengan College of Education. Pukul
3.30 kami sudah harus siap untuk pergi ke Jackson Hole, untuk “diservis”
melihat Yellow Stone yang konon
sangat indah. Dalam hati saya bertanya, apakah betul jadwal yang begitu ketat
dapat dengan baik? Apakah rapat yang
hanya 1,5 jam itu mencapai hasil yang diinginkan?
Betul
juga, pukul 8.10 Pak Oenardi, dosen USU asal Surabaya, sudah sampai di
hotel. Untunglah kami sudah selesai
sarapan, sehingga langsung berangkat.
Berjalan kaki dibawah hujan rintik-rintik. Karena masih ada waktu sekitar 10 menit, kami
sempatkan melihat perpustakaan yang kebetulan berlokasi di dekat tempat rapat
dengan Departemen Engineering Education.
Tepat
pukul 9, rapat dimulai di Departemen Engineering
Education dan diikuti oleh 10 orang.
6 orang dari USU dan 4 orang dari Unesa.
Yang menarik 6 orang dari USU yang “bule” hanya 2 orang, 1 orang berasal
dari Indonesia, 1 orang berasal dari China, 1 orang dari Amerika Latin.
Rapat
berjalan sangat efisien. Dalam waktu
kurang dari 90 menit, dapat disepakati antara lain, pihak USU memberikan trik
bagaimana agar dosen Unesa dapat diterima di S3 di USU, USU dan Unesa akan
menyusun road map riset dalam bidang Engineerinf Education dengan melibatkan
pihak lain yang tertarik. USU akan mencarikan beasiswa bagi dosen Unesa yang
diterima di USU tetapi tidak memperoleh beasiswa Dikti, USU dan Unesa akan
menyiapkan skenario agar ada beberapa orang yang dapat program SAME.
Selesai
rapat kami segera berjalan menuju kantor President USU, ditengah hujan yang
cukup lebat. Begitu datang, Shelly
Hermandez dari Global Engagement
sudah siap di tempat. Setelah kami duduk
sebentar president USU, Prof Stan L. Albrecht, keluar menyambut dan acara
dimulai. Yang mengagetkan President USU
menyebut nama kami satu persatu dan bahkan tahu kalau kami akan ke Yellow Stone. Orangnya sangat ramah. Ketika saya beri
cindera mata dan saya jelaskan arti lambang ikan sura dan buaya, dia ketawa dan
berkomentar kira-kira: “I will keep in my
mind and out this souvenir in my room”.
Acara
MoU berjalan lancar dan selesai tepat waktu.
Tiga puluh menit ternyata cukup, termasuk saling memperkenalkan diri dan
menjelaskan tentang Unesa. Termasuk juga
obrolan tentang Indonesia vs Bali.
Bahkan Prof Albrecht mengatakan putra salah satu stafnya berkerja
sebagai sheff di sebuah hotel di Bali.
Dia juga tahu tentang beasiswa Dikti dan menanyakan berapa orang yang ke
Amerika Serikat, ke Australia, ke Eropa dan sebagainya. Dia juga berkomentar,
banyak yang memilih ke Belanda karena historical
background. Saya numpangi joke “or maybe it’s very easy to get Indonesian
food there”.
Selesai
acara MoU dengan president USU, kami segera berjalan ke kantor Global Engagement. Lagi-lagi dalam situasi hujan, sehingga harus
memakai payung. Disana kami mendapat
penjelasan tentang apa saja cakupan kerja Global
Engagement . Yang menjelaskan Shelly
Henmandez, karena Merry Hubart sedang tidak ditempat. Sendirian Shelly melayani kami, mulai
membuatkan teh, menjelaskan cakupan kerja sampai menjemput dan mengantar kami.
Rapat
dengan College of Education bahwa dapat dimulai lebih awal, kira-kira
pukul 13.50. Marrha Dever, Associate
Dean, menjelaskan berbagai program di College
of Education. Saya senang sekali
dengan keterbukaan USU untuk bekerjasama dengan PAUD dan PGSD Unesa. Jujur, setelah MIPA, Bahasa, dan PTK punya
partner, kini Unesa harus kerja keras mencarikan partner MP, TEP, PGSD, PAUD
dan Olahraga. Kemampuan bahasa Inggris
staf pengajar perlu segera didongkrak untuk memuluskan upaya tersebut.
Pak
Ketut meyakini, Unesa dapat mengirim 2 dosen untuk menempuh S3 PAUD di
USU. Saya yakin jika ikut terlasana akan
menjadi “jembatan” kerjasama lebih lanjut. Mirip dengan upaya Unesa mengirim FT menempuh
S3 di bidang Engineering Education di
USU. Jadi pengiriman dosen menempuh S2
atau S3 dan juga mengikuti program SAME bukan sekedar untuk diri pribadi yang
bersangkutan, tetapi untuk menjalin kerjasama internasional.
Apa
yang dapat dipelajari dari serangkaian acara di USU. Paling tidak, dua hal. Pertama,
persiapan yang baik. Semua acara
disiapkan dengan rapi. Tempat, peserta,
kelengkapan acara dan sebagainya disiapkan dengan baik. Termasuk peserta sudah membaca atau
mengetahui apa yang akan dibahas dan dengan siapa pembahasan dilakukan.
1 komentar:
menghargai waktu
tulisan bapak buat pelajaran saya,
mohon ijin share pak, untuk merefresh teman-teman,tks
Posting Komentar