Rabu, 25 Juni 2014

99 TEROWONGAN TERLEWATI DALAM SEHARI



Setelah selesai acara di AUE, mengunjungi Lab School dan pabrik fork lift Toyota, Rabu tanggal 25 Juni pagi sekita pukul 7.45 kami berangkat ke Hokuriku University di Kanazawa.  Tidak ada penerbangan dari Nagoya ke Kanazawa dan juga tidak ada kereka api yang langsung.  Oleh karena itu kami naik bus kecil yang disewa.  Perjalanan Nagoya-Kanazawa selama sekitar 4 jam.

Acara pokok di Hokuriku adalah menandatangani MoU kerjasama dan memulai diskusi beberapa program yang dapat segera dimulai.  Kami juga diajak melihat-lihat kampus yang sangat indah.  Kantor pusatnya terletak di puncak bukit, sehingga dari gedung tersebut dapat melihat pemandangan seluruh kota Kanazawa.  Kami juga diajak keliling kampus kedua, untuk Fakultas Farmasi yang konon merupaka jurusan Farmasi yang terbaik di Jepang.

Selesai acara di Hokuriku kami sempatkan mampir ke Kenrokuen Garden, yang kata orang Kokuriku merupakan taman dengan enam keajaiban.  Konon juga merupakan salah satu taman terbaik di Jepang.  Jujur, saya tidak menemukan dimana keajaiban taman tersebut.  Rasanya biasa-biasa saja, kecuali adanya pohon-pohon besar yang terpelihara dengan baik.

Selesai melihat Kenrokuen Garden kami melanjutkan perjalanan ke Nagano, untuk bermalam.  Perjalanan dari Kanazawa ke Nagano juga sekitar 4 jam dan kami sampai di Nagano pukul 19.30 malam.  Menurut sopir kami perjalanan yang kami tempuh dari Nagoya-Kanazawa-Nagano sejauh 460 km.  Perjalanan panjang dan cukup melelahkan.  Namun karena jalannya datar dan halus, sedangkan lalu lintas cukup sepi dan busnya bagus, maka perjalanan cukup menyenangkan.

Yang paling menarik adalah dari Nagoya ke Kanazawa kami melewati 46 terowongan, sedangkan dari Kanazawa ke Nagano kami melewati 53 terowongan.  Jadi dalam sehari kami melewati 99 buah terowongan.  Sesuatu yang tidak terbayangkan.  99 terowongan dilewati dengan bus dalam satu hari.

Mengapa dapat begitu?  Jepang tengat ternyata terdiri dari bukit-bukit.  Lokasi pedesaan berada di lembah-lembah di sela-sela bukit yang subur.  Nah, berbeda dengan Indonesia yang membuat jalan meliuk-liuk di lereng bukit, Jepang justru membuat jalan dengan menembus bukit dengan terowongan.  Karena bukitnys sangat banyak, sehingga terowongannya juga sangat banyak.  Bahkan ada dua terowongan yang jaraknya hanya sekitar 50 m.  Jadi baru sekitar 50 m keluar dari terowongan lalu masuk ke terowongan berikutnya.

Panjang terowongan sangat bervariasi, mungkin sesuai besarnya bukit yang ditembus.  Seingat saya terowongan terpanjang adalah terowongan Oyuzirazo (mudah-mudahan tidak salah ingat namanya) dengan panjang 4.560 meter, jadi sekitar 4,5 km terletak antara Kanazawa dengan Nagano.

Apa yang dapat dipelajari dari model jalan menembus terowongan?  Jalan yang kami lewati adalah jalan tol (bebas hambatan) dan katanya dibangun serta dioperasikan oleh perusahaan swasta. Konon jalan tol tersebut menguntungkan, karena banyak kendaraan lewat.  Karena tidak harus memperhatikan tebing gunung, maka jalan tol tersebut terasa sangat datar.  Artinya hamper tidak ada naik-turun yang berarti.  Tikungan tajam juga tidak ada, karena tidak terpengaruh oleh bentuk kaki bukit. 

Jalan juga sangat mulus dan semua terowongan dilengkapi dengan lampu penerangan yang bagus.  Untuk terowongan yang cukup panjang dilengkapi dengan blower besar, untuk mendorong agar terjadi aliran angina di dalam terowongan.  Setiap pintu masuk terowongan dilengkapi dengan lampu merah-kuning-hijau, untuk menunjukkan apakah kendaraan boleh masuk atau tidak.  Katanya jika ada mobil mogok di dalam, otomatis lampu kuning akan menyala.  Jika mobil mogok tersebut menghalangi seluruh jalan, yang menyala lampu merah.

Pada terowongan yang cukup panjang, di dalamnya ada semacam trotoar.  Katanya untuk orang/petugas berjalan.  Juga ada semacam tempat meminggirkan kendaraan.  Ada tempat orang menelpon.  Jadi semua kejadian dalam terowongan sepertinya sudah diantisipasi.  Katanya juga ada alat untuk memantau semua terowongan tersebut, sehingga setiap kejadian dapat segera diatasi.

Ada bagian jalan tol yang melewati pantai dengan tiang-tiang penjangga di atas laut.  Mungkin sekali pada lokasi itu tidak mungkin dibuat terowongan, sehingga jalan tol terpaksa melewati pinggir bukit dan karena letaknya dipinggir laut, jalan dibuat saja di atas pantai.

Rasanya para arsitek jalan perlu melihat jalan tol tersebut.  Dengan jalan yang datar, mulus dan lancer, sangat mungkin terjadi penghematan waktu tempuh, penghematan bahan bakar, dan juga nyaman bagi sopir maupun penumpang.  Apakah perbandingan biaya yang mungkin mahal untuk membangun dapat terkompensasi oleh penghematan dan kenyamanan tersebut.  Itulah yang perlu dipelajari.  Semoga kita dapat belajar kepada mereka yang lebih dahulu “pandai”.

Tidak ada komentar: